Last Updated on November 1, 2022 by Yuri Adrian
Halo, teman-teman di Bojonggede!! Masih di rumah aja, kan? Ok, sekarang saya mau berbagi pengalaman berobat anak sakit di masa pandemi Corona ini.
Orang tua mana sih yang gak khawatir dan sedih kalau anak-anaknya sakit.
Apalagi kalau sakitnya di tengah kondisi mewabahnya virus corona seperti sekarang ini. Ditambah lagi kalau tempat tinggal kita termasuk di dalam…
Daftar Isi
Wilayah Zona Merah penyebaran COVID-19
Seperti Kecamatan Bojonggede ini, yang menjadi salah satu Zona Merah penyebaran virus Corona di Kabupaten Bogor. (https://geoportal.bogorkab.go.id/covid19/)
Hari Pertama: Demam, Panas Tinggi
Jadi, begini ceritanya teman-teman…
Sabtu pagi di awal April lalu, anak saya yang kedua mengeluh gak enak badan. Yang biasanya terlihat lincah pagi itu dia agak murung atau muyung kalau kata orang Sunda.
Siangnya, anak saya demam, suhu badannya agak panas.
Ok, sebagai antisipasi awal, dia kami beri warung untuk meredakan demamnya, sambil berharap itu karena sakit biasa.
Badannya juga kami balur pakai minyak kayu putih.
Dari sore sampai malam, suhu badan anak saya tidak turun malah stabil di kisaran 38,7°C-38,8°C.
Untuk mengurangi demamnya kami juga menempelkan plester demam di dahi anak kami sepanjang malam, sambil terus berharap besok hari demamnya sudah reda.
Hari Kedua: Badannya masih panas
Eh, Minggu paginya suhu badan anak kami malah sempat menjadi 39°C.
Kami menjadi semakin panik dan khawatir.
Baca juga: Kegiatan Antisipasi Virus Corona di Bojonggede
Klinik dokter umum terdekat tutup, karena dokternya tidak buka praktek di hari Minggu.
Sempat ada rencana membawa anak kami ke RS Trimitra Cibinong (karena memang kami biasanya kalau berobat ke RS tersebut), tapi kami akhirnya membatalkan rencana tersebut karena memang kami khawatir dengan pandemi virus corona.
Apalagi di saat situasi seperti sekarang ini, rumah sakit termasuk salah satu tempat di mana orang sakit berpotensi menularkan virus corona.
Ditambah lagi, salah seorang tetangga kami yang anaknya sakit demam tinggi dibawa ke RS Trimitra sampai kemudian dirujuk ke RSUD Cibinong, salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
Kami akhirnya mencoba mencari informasi dengan menghubungi salah seorang kerabat yang berprofesi sebagai dokter umum di Bandung.
Kami laporkan kondisi anak kami kepada beliau, yaitu: demam, lidah berwarna putih, sakit di bagian angeun atau sekitar ulu hati, tidak ada pilek dan batuk dan buang air besar baru sekali.
Kemudian sesudah itu kami disarankan untuk memberikan parasetamol atau obat penurun panas per enam jam sekali dan untuk mualnya diberi obat maag cair.
Indikasinya anak kami itu sedang mengalami sakit di saluran pencernaan.
Hari ketiga: Panas badan turun & pergi ke Klinik Umum
Alhamdulillah, keesokan harinya suhu badan anak kami turun menjadi 36,5°C.
Senin pagi itu juga, kami tetap berencana membawa anak kami ke dokter umum yang berada di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah.
Kalau pagi, klinik tersebut biasanya buka pukul 09:00-11:00.
Saya pergi duluan ke klinik untuk ambil nomor pendaftaran.
Sampai di klinik, saya mendapati ternyata dokter buka praktek tidak seperti biasanya.
Di sebuah meja yang di luar klinik dipasang sebuah pengumuman kalau selama masa pandemi COVID-19, praktek dokternya tidak langsung kontak dengan pasien yang akan berobat.
Saya kembali ke rumah dan segera menghubungi dokternya lewat WA.
Konsultasinya terpaksa dilakukan lewat WA, menurut dokter semua itu karena tidak tersedianya kelengkapan APD.
Kepada dokter, kami jelaskan kondisi anak kami seperti apa.
Kronologisnya juga, mulai dari pertama kali demam sampai kondisi terakhir. Obat-obat apa saja yang sudah kami berikan, juga kami infokan kepada dokter. Semuanya lewat pesan WA.
Dokter juga sempat meminta kami mengirimkan foto bagian lidah anak kami.
Setelah selesai konsultasi, dokter pun meminta kami kembali ke klinik untuk mengambil obat.
Saya balik lagi ke klinik, bayar biaya dokter sekaligus membawa obat dan salinan resep.
Alhamdulillah, kondisi anak kami berangsur pulih seperti semula.
Nah, begitulah pengalaman berobat anak sakit di masa pandemi Corona ini yang saya alami beberapa waktu lalu.
Semoga kita semua selalu sehat ya, teman-teman.
Aamiin YRA.
Terakhir, bisa disimak juga…
Tips dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
🙏