Last Updated on April 16, 2022 by Yuri Adrian
Saya adalah warga Bojonggede yang hampir setiap hari naik Commuter Line ke tempat kerja. Istilah gaulnya tuh Roker (Rombongan Kereta) atau ada juga yang nyebut Anker (Anak Kereta). Nah, sekarang semua Roker dan Anker harus lewat underpass di Stasiun Bojonggede kalau mau menyeberang dari satu peron ke peron yang lain.
Fasilitas terowongan penyeberangan orang ini sudah mulai resmi dipakai per 28 September 2017 yang lalu.
Kalau saya, setiap harinya masuk dari gerbang atau pintu masuk selatan yang ada di Jalan Raya Bojonggede.
Setelah saya nge tap kartu di gate, saya harus melewati underpass untuk menyeberang ke jalur 2.
Ingat ya kalau dari arah Selatan ini, di sebelah kiri adalah tangga untuk orang turun, nah yang di kanan adalah tangga untuk orang naik. Bisa dilihat dari tanda (hijau dan merah) yang ada di anak tangga.
Jangan sampai salah, bisa-bisa nanti ‘bertabrakan’ dengan orang yang dari arah berlawan, apalagi kalau di jam-jam sibuk, bisa repot.
Selalu berhati-hati waktu naik atau turun anak tunggu ini, jangan terburu-buru. Sakit lho kalau jatuh & gelundung ke bawah. Malu juga pastinya. Terlebih kalau kondisi hujan, permukaan lantainya licin.
Kalau mengutip info dari KOMPAS.com alasan kenapa Stasiun Bojonggede dipilih menjadi salah satu tempat yang dibuatkan underpass karena di stasiun ini jumlah kepadatan penumpangnya mencapai 35 ribu orang per hari. WOW!
Underpass di Stasiun Bojonggede yang bernuansa putih ini kedalamannya 2,5 meter di bawah rel, panjang 18,3 meter dan lebar 5 meter.
Dilengkapi juga dengan dua tangga manual yang berada di peron arah Jakarta Kota/Tanah Abang dan Bogor, panjangnya masing-masing adalah 26,6 meter dan 24,8 meter sementara lebarnya adalah 3 meter.
Underpass ini dibangun untuk meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan para pengguna commuter line.
Maksudnya sih setelah underpass ini ada, orang-orang tidak lagi menyeberang antarperon di perlintasan rel kereta.
Satu sisi memang keberadaan underpass di Stasiun Bojonggede ini menjaga keselamatan dan keamanan pengguna commuter line. Terutama resiko terserempet atau tertabrak kereta pada saat menyeberang rel untuk pindah peron.
Tapi di sisi lain, banyak juga keluhan datang dari roker dan anker Bojonggede.
Kalau buat saya, yang agak repot dengan adanya underpass ini adalah kalau mau mengejar kereta yang sudah masuk Stasiun Bojonggede.
Dulu sebelum ada underpass, saya agak lebih mudah mengejar kereta yang sudah masuk jalur 2, tapi sekarang kayaknga gak deh.
Lumayan bikin lutut gemeter plus nafas senen kemis tuh kalau harus naik turun tangga buat ngejar kereta.
Efek dari adanya underpass ini, commuter line yang berhenti di Stasiun Bojonggede pintu-pintu yang dibuka cuma pintu sebelah kanan (kalau sebelumnya kanan dan kiri).
Gak heran deh kalau setiap jam-jam sibuk orang berangkat kerja, peron kanan terutama yang ke arah Jakarta Kota / Tanah Abang pasti penuh banget.
Bagaimana kalau ada orang tua/manula, ibu hamil dan penyandang disabilitas? Dipaksa juga lewat underpass?
Gak lah.
Kalau kondisinya seperti itu, minta bantuan saja ke petugas yang sedang berjaga untuk dibantu menyeberang rel tidak harus lewat underpass.
Saya pernah lihat sendiri, petugas PKD membantu sepasang orang tua menyeberang rel untuk pindah peron.
Ok, roker dan anker Bojonggede, selamat menikmati underpass di Stasiun Bojonggede ya, tetap selalu berhati-hati!!